Gaji dan Pencapaian

 


"Udah kerja jangan pelit-pelit"
satu kutipan yang akan selalu saya ingat di kepala dan tidak akan terlupakan sampai sekarang. Mungkin yang mereka tahu soal seseorang yang bekerja di kantor adalah mereka dengan gaji yang besar. Namun nyatanya tidak semua seperti itu. Posisi boleh keren, tetapi tidak menentukan gaji. 

Tiga setengah tahun bertahan demi keringanan akademik yang telah dijanjikan, nyatanya? NIHIL. Sebulan menyisihkan gaji yang tidak seberapa untuk menyicil uang semester, tidak lupa dengan memberikan sedikit untuk orang tua, menabung, dan memenuhi kebutuhan batin diri sendiri (jajan dan nonton film). Kalau kuliah offline, uang makan habis untuk ongkos kerja dan kuliah tak tersisa bahkan kurang. Kalau kurang, terpaksa ambil jatah cicilan semester.

Kadang mau nangis dan ngeluh ke orang tua, karena saya tidak bisa untuk 'meminta' mereka membantu saya membayar cicilan semester padahal saya sendiri sudah bekerja. Tapi orangtua saya selalu bilang "Gapapa, nanti gantinya kalau kamu udah sukses aja".

Yang orang lain tahu saya serba berkecukupan namun pelit. Bukan begitu. Ibu saya juga mengajarkan saya untuk tidak berhutang dengan orang lain. Saya pun juga punya prioritas siapa saja yang berhak saya beri. Pun jikalau saya memberi, saya rasa ada saja orang yang meragukan kalau pemberian tersebuat bukan dari saya. Jadi apakah saya berhak memberi kepada orang yang 'ragu'?

GAJI dan PENCAPAIAN saya bukan urusan orang lain dan saya rasa orang lain tidak perlu membandingkan. Apa yang saya dapat dan orang lain dapat itu tentu berbeda. Kita hidup tidak untuk menyenangkan semua orang dengan memberi terlalu sering. Memberi itu baik dengan tidak memaksakan apalagi merugikan diri sendiri.


Komentar