Sud(s)ah Lupa


Ketika aku memutuskan untuk menghapus jejak yang telah kutempuh dalam suatu perjalanan menuju singgah sanahmu dan berbalik menuju rumahku, kupikir aku telah melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan sejak dulu. Tetapi memang kali ini aku baru memantapkannya.

Memang tidak mudah, sama sekali tidak. Yah, tidak selamanya kita harus memanjakan perasaan. Lama-lama kita tidak punya logika. Mungkin tidak bisa berfikir, atau sama saja dengan orang idiot. Mungkin lebih buruk. Karna orang idiot nyatanya juga masih bisa mengendalikan logikanya.

Terkadang rasa itu selalu datang melalui hal-hal kecil. Kutipan, lagu, suara adzan, jalan, stasiun, lampu merah, musim, dan tengah malam.

Setiap kutipan yang kubaca, pasti disitu ada pesan tersembunyi yang selalu ingin kusiratkan.

Dua lagu. Satu lagu kesukaanmu, satu lagu kesukaanku dan kamu tahu itu.

Suara adzan yang menjadi jeda antara percakapan basi setiap harinya.

Jalan ; stasiun, yang ketika aku ingin melintasinya, menempatinya, terlebih dahulu aku memberi kabar bahwa aku akan kembali sesegera mungkin setelah itu.

Lampu merah yang ketika semua kendaraan berhenti dan aku menyebrang, aku harap kamu ada di seberangnya. Melambaikan tangan ke arahku.

Musim. Kamu selalu menanyakan soal musim. "Disana panas? atau hujan? atau mungkin bersalju?"

Tengah malam. Di waktu ke-5 kamu pasti menghilang dan kembali saat tengah malam dan bertanya "sudah tidur?" Dulu sehabis waktu ke-5, 3 jam setelahnya aku langsung terlelap.

Waktu itu aku jadi terbiasa menunggu hingga tengah malam dan percakapan sampai sepertiga malam baru usai. Ucapan selamat malam lah yang paling ampuh untuk orang yang telah terjangkit insomnia sepertinya.

Waktu terus berjalan dan pada akhirnya
"sudah tidur?"
"Selamat pagi"
"Sudah makan?"
"Eh, ada lagu *beep* liat deh di tv"
"Disana ujan?"
"Udah adzan, sholat gih."

Hilang.

Lalu? Bagaimana bisa aku melenyapkan semuanya jika setiap hal termasuk waktu pun mesti aku lupakan?

Sebenarnya sudah bisa setengah jalan, hampir berhasil. Sedikit lagi! Satu hal yang mulai membuatku teringat lagi:

Bacaan.

Ingat seorang penulis? kita pernah membicarakannya. karya dan kutipannya yg luar biasa itu. Aku sedang membaca salah satu bukunya dan lalu aku teringat satu hal. Kamu.

Eits! tenang, nanti kalau bukunya sudah habis dibaca toh juga sudah lupa.

Eeeh! iya, kan penulis juga tidak akan berhenti berkarya begitu saja apalagi penulis seperti dia. Yah jadi susah lupa deh.

Komentar